Kamis, 19 Mei 2011

A. Pengertian
Cardiac Arrest adalah terhentinya pompa jantung secara mendadak yang bersifat reversible, dan dapat bersifat irreversible jika tidak dilakukan intervensi segera(Robert,2001).
Cardiac Arrest adalah jantung tidak cukup memompa darah ke otak, Cardiac Output <20%, dan nadi carotis tidak teraba.
Cardiac arrest disebut juga cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau circulatory arrest, merupakan suatu keadaan darurat medis dengan tidak ada atau tidak adekuatnya kontraksi ventrikel kiri jantung yang dengan seketika menyebabkan kegagalan sirkulasi. Gejala dan tanda yang tampak, antara lain hilangnya kesadaran; napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak bernafas); tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut nadi yang dapat terasa pada arteri; dan tidak denyut jantung. 
B. Etiologi 
1. Etiologi Primer : fibrilasi ventrikel dan Asystole Fibrilasi ventrikel dan Asystole terjadi karena : 
a. Iskemik myocard 
b. Heart block 
c. Obat-obatan
d. Elektrik shock 
2. Etiologi sekunder 
a. Rapid secondary cardiac arrest 
1) Asphyxia, oleh karena obstruksi jalan nafas, apnea 
2) Kehilangan darah yang cepat 
3) Alveola anoksia, terjadi oleh karena udem paru akut, menghirup gas yang tidak mengandung oksigen 
b. Slow secondary cardiac arrest 
1) Severe hipoksemia 
2) Edema paru 
3) Konsolidasi paru 
4) Kardiogenik shock 
C. Patofisiologi 
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Beberapa sebab dapat menyebabkan ritme denyut jantung menjadi tidak normal, dan keadaan ini sering disebut aritmia. Selama aritmia, jantung dapat berdenyut terlalu cepat atau terlalu lambat atau berhenti berdenyut. Empat macam ritme yang dapat menyebabkan pulseless cardiac arrest yaitu Ventricular Fibrillation (VF), Rapid Ventricular Tachycardia (VT), Pulseless Electrical Activity (PEA) dan asistol (American Heart Association (AHA), 2005). Kematian akibat henti jantung paling banyak disebabkan oleh ventricular fibrilasi dimana terjadi pola eksitasi quasi periodik pada ventrikel dan menyebabkan jantung kehilangan kemampuan untuk memompa darah secara adekuat. Volume sekuncup jantung (cardiac output) akan mengalami penurunan sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan sistemik tubuh, otak dan organ vital lain termasuk miokardium jantung (Mariil dan Kazii, 2008). Ventrikular takikardia (VT) adalah takidisritmia yang disebabkan oleh kontraksi ventrikel simana jantung berdenyut > 120 denyut/menit dengan GRS kompleks yang memanjang. VT dapat monomorfik (ditemukan QRS kompleks tunggal) atau polimorfik (ritme irregular dengan QRS yang bervariasi baik amplitudo dan bentuknya) (deSouza dan Wart, 2009).
Adapun asistol dapat juga menyebabkan SCA. Asistol adalah keadaan dimana tidak terdapatnya depolarisasi ventrikel sehingga jantung tidak memiliki cardiac output. Asistol dapat dibagi menjadi 2 yaitu asistol primer (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi ventrikel) dan asistol sekunder (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi seluruh bagian jantung). Asistol primer dapat disebabkan iskemia atau degenerasi (sklerosis) dari nodus sinoatrial (Nodus SA) atau sistem konduksi atrioventrikular (AV system) (Caggiano, 2009).
Sedangkan ritme lain yang dapat menyebabkan SCA adalah Pulseless Electrical Activity(PEA). Kondisi jantung yang mengalami ritme disritmia heterogen tanpa diikuti oleh denyut nadi yang terdeteksi. Ritme bradiasistol adalah ritme lambat, dimana pada kondisi tersebut dapat ditemukan kompleks yang meluas atau menyempit, dengan atau tanpa nadi juga dikatakan sebagai asistol (Caggiano, 2009).
Walaupun patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya. Namun pada umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hipoksia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Kaplan, 2007).
D. Pengkajian Fokus Keperawatan
1.  Primery Suvey
A : Airway : berkaitan dengan kepatenan jalan nafas, adanya obstruksi, kemampuan mengeluarkan secret.
• Apakah pernafasan pasien Adekuat?
• Apakah pola nafas efektif?
• Apakah ada pergerakan kedua dinding dada?
B : Breathing : berkaitan dengan pola nafas, adanya distress pernafasan, penggunaan otot bantu nafas, adanya henti nafas.
• Apakah ada saturasi oksigen?
C : Circulation : berkaitan dengan pertukaran gas, peredaran cairan dalam tubuh, metabolisme, adanya perdarahan.
• Bagaimana heart rate pasien ? irama?
• Bagaimana nadi pasien?
• Bagaimana tekanan darahnya?
• Bagaimana warna tangan dan kaki?
2. Pada pemerikasaan Pernafasan.
a. Lihat pergerakan dada, samakah?
b. Auskultasi sura nafas.
c. Cek mode pemberian oksigen.
d. Cek saturasi oksigen dan analisa gas darah.
3. Pada pemeriksaan Kardiovaskuler
a. Tanda-tanda vital seperti heart rate, tekanan darah, temperature, CVP.
b. Auskultasi suara jantung.
c. Kaji IV line.
d. Cek sirkulasi perifer seperti warna jaringan perifer, kehangatan dan nadi.
4. Pada pemerikasaan Pencernaan
e. Cek Naso Gastrik Tube (NGT) jika ada
f. Cek jenis makanan, kecepatan dan tolernsi.
g. Auskultasi peristaltik.
h. Kapan terakhir BAB da BAK.
5. Pada pemerikasaan Ginjal
a. Cek urine output
b. Cek setatus cairan dan balance kumulatif.
c. Cek kadar ureum dan kreatinin darah.
6. Pada pemerikasaan Endokrin
Cek gadar gula darah. Apa perlu insulin?
7. Pada pemerikasaan Kulit
Kaji resiko pasien terhadap terjadinya area yang tertekan dan apakah sudah menggunakan alat-alat bantu yang tepat.
E. Patways
F. Manifestasi Klinis
1. Pupil dilatasi (setelah 45 detik).
2. Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)
3. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa atau brakialis pada bayi)
4. Henti nafas atau mengap-megap (gasping)
5. Terlihat seperti mati (death like appearance)
6. Warna kulit pucat sampai kelabu
G. Penatalaksanaan
Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung atau henti nafas dengan hilangnya kesadaran.oleh karena itu harus selalu dimulai dengan menilai respon penderita, memastikan penderita tidak bernafas dan tidak ada pulsasi. (3) Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru harus diketahui antara lain, kapan resusitasi dilakukan dan kapan resusitasi tidak dilakukan.
1. Resusitasi dilakukan pada :
a. Infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”
b. Serangan Adams-Stokes
c. Hipoksia akut
d. Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan
e. Sengatan listrik
f. Refleks vagal
g. Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi peluang untuk hidup.
2. Resusitasi tidak dilakukan pada :
a. Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat.
b. Stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan lagi.
c. Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah ½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP.
Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru penilaian tahapan BHD sangat penting. Tindakan resusitasi (yaitu posisi, pembukaan jalan nafas, nafas buatan dan kompresi dada luar) dilakukan kalau memang betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian yang tepat, setiap langkah ABC RJP dimulai dengan : penentuan tidak ada respons, tidak ada nafas dan tidak ada nadi.
H.  Diagnosa
1.      Pola nafas tidak efektif b.d paralisis otot pernafasan
2.      Resiko bersihan tidak efektif jalan nafas b.d penurunan kesadaran
3.      Penurunan curah jantung b.d berhentinya fungsi jantung
4.      Gangguan perfusi jaringan b.d hipoksia ditandai dengan perubahan tingkat kesadaran

I. Intervensi
1. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penurunan kesadaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jalan nafas normal
Kriteria Hasil : Mempertahankan jalan nafas paten
Intervensi
a. Kaji jalan nafas
b. Posisikan klien, kepala ekstensi (bebaskan jalan nafas)
c. Pasangkan pipa orofaringeal 
Rasional
a. Untuk mengetahui penanganan yang tepat untuk diberikan kepada klien
b. Untuk membuka jalan nafas, agar oksigen mudah untuk masuk ke dalam paru-paru
c. Menahan lidah agar tidak jatuh ke belakang menyumbat faring
2. Pola nafas tidak efektif b.d paralisis otot pernafasan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali normal
Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernafasan efektif, bebas sianosis, nafas normal
(16-24X/menit), irama regular, bunyi nafas normal, PH darah normal (7,35-7,45). PaO2 (80-100 mmHg), PaCO2 (35-40 mmHg), HCO2 (22-26). Saturasi oksigen (95-98%).
Intervensi
a. Pantau frekuensi pernafasan, irama dan kedalaman pernafasan.
b. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturan (ekstensi), posisi miring sesuai indikasi.
c. Lakukan RJP jika pasien tidak ada nafas
d. Auskultasi bunyi nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara tambahan yang tidak normal.
e. Kolaborasi pemberian oksigen 
Rasional
a. Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi,pulmonal atau menandakan lokasi/luasnya keterlibatan otak.
b. Untuk memudahkan ekspansi paru dan menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas.
c. Pengembalian fungsi paru dan jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
d. Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti atelaktasis kongesti atau obstruksi jalan nafas.
e. Menentukan kecukupan pernafasan, memaksimalkan oksigen pada daerah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia.

DAFTAR PUSTAKA
____. 2009. “Cardiac Arrest”. http://pekerjaankesehatan.blogspot.com. 03/2009l.
Anakkomik. 2009. ” Cardiac Arrest”. http://anakkomik.blogspot.com. 11/2009.
Article Source: http://EzineArticles.com/5317479
Chan, Ayummee. 2009. ” Forensic Cardiac Arrest ”. http://ayumee-chan.blog.friendster.com. 01/2009.
____. 2010. “ Curah Jantung”. http://id.shvoong.com.medicine-and-health/1958048. 10/2010.
____. 2010. “ Henti Jantung dan Resusitasi Jantung Paru”.http://www.scribd.com. 09/2010.
____. 2010. “ Pengkajian Fisik di ICU “. http://belajaricu.blogspot.com. 09/2010.
Susanto, Iwan. 2010. “Penyakit Cardiac Arrest”. http://iwansusanto.com. 11/2010.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar